Kilas Balik Perkembangan Teori Manajemen [Bagian 13]
Oleh Prof. Dr. H. Faisal Afiff, Spec.Lic.
Perspektif Manajemen Perilaku
Perspektif manajemen perilaku sering disebut juga sebagai “perspektif saling hubungan antar manusia”, yang telah banyak membawa pendekatan yang berbeda dari teori yang berpandangan klasik, setelah munculnya tokoh seperti Elton Mayo, Abraham Maslow, dan Mary Parker Follet. Awal yang penting dari perspektif manajemen perilaku dimulai dengan Studi Hawthorne, suatu rangkaian penelitian terhadap para pekerja di pabrik Hawthorne, yang pada intinya telah ditemukan faktor-faktor psiko-sosial penting disamping insentif ekonomi atau keuangan dalam memotivasi para pekerja. Abraham Maslow telah menciptakan hirarki kebutuhan, berupa jenjang faktor motivasional yang mempengaruhi kinerja, mulai dari kebutuhan tingkat rendah ke tingkat kebutuhan yang lebih tinggi. Teori tersebut telah diterapkan di tempat kerja untuk lebih memahami faktor kasat mata yang mempengaruhi motivasi para pekerja, sebagai pertimbangan penting dalam mengelola para pekerja. Umumnya perspektif manajemen perilaku jauh lebih peduli terhadap kesejahteraan para pekerja, dimana pendekatan manajemennya lebih mempertimbangkan pekerja termotivasi untuk menghasilkan kinerja yang berkualitas. Teori ini lebih mendorong pendekatan manajemen yang berfokus pada membangun hubungan diantara para pekerja dalam rangka membantu mencapai tujuan mereka di tempat kerja dan mampu bekerja seefektif dan seefisien mungkin. Teori lain dalam perspektif perilaku adalah pendekatan Douglas McGregor tentang Teori X dan Y. Teori X mengasumsikan bahwa para pekerja pada dasarnya adalah malas, dan oleh karena itu para manajer akan memperlakukan para pekerja dengan pendekatan yang lebih otoriter. Sementara pendekatan para manajer dalam konteks Teori Y akan menerapkan model laissez-faire yang memungkinkan adanya kebebasan bagi para pekerja untuk melakukan pekerjaan mereka. Teori manajemen perilaku agaknya lebih berfokus pada aspek “manusia” sebagai faktor manajemen yang menjadi landasan untuk lebih memperhatikan berbagai faktor karakteristik psikologik yang dapat mendorong atau menghambat kinerja. Salah satu karakteristik utama dari teori manajemen klasik adalah bahwa pendekatannya dirancang untuk meningkatkan produktivitas, khususnya efisiensi. Disamping menemukan cara terbaik untuk mengelola pekerja, juga mengembangkan solusi dan metode ilmiah, seperti standardisasi dan pelatihan para pekerja pada satuan tugas. Teori manajemen klasik juga telah menyumbang pada perkembangan metode administratif baru yang diarahkan untuk menghasilkan efisiensi, yaitu dengan membuat catatan dan standar kompetensi. Metode klasik terutama lebih berfokus pada pencapaian hasil, sehingga agak mengabaikan motivasi dan kehendak para pekerja.
Published at :