Penerapan Etika Bisnis di Indonesia [Bagian 4]
Oleh Prof. Dr. H. Faisal Afiff, Spec.Lic.
Setelah komunitas bisnis menyadari betapa pentingnya etika bisnis dijalankan sepenuh hati, maka langkah berikutnya adalah berupaya terus-menerus tanpa kenal lelah meningkatkan kinerja etika bisnisya. Untuk menopang langkah tersebut perlu dikaji terlebih dahulu unsur-unsur pokoknya, sebagai berikut:
- Apakah terdapat perpaduan harmonis antara penetapan visi, misi, dan tujuan organisasi dengan keberpihakan manajer puncak terhadap nilai-nilai etikal yang berlaku. Manajer adalah indvidu yang memegang peranan penting untuk menentukan apakah perilaku bisnis yang diterapkan pada suatu organisasi bisnis akan berbasis etika atau tidak, dikarenakan ia memiliki wewenang yang cukup di tempat kerjanya itu untuk membangun suasana sportivitas kerja yang berwawasan etikal. Selaku salah satu figur otoritas tentunya para manajer puncak ini memiliki kapasitas mempengaruhi perilaku bawahannya serta mengendalikan dinamika lingkungan kerja yang dipimpinnya.
- Hadirnya profil ketangguhan karakter dan moralitas pribadi sang manajer berikut para pekerjanya. Dalam kaitan ini, patut diyakini bersama, bahwa ketangguhan karakter pribadi seorang manajer akan memiliki andil kuat dari sisi moralitas untuk merealisir terciptanya standarisasi perilaku etika bisnis yang tinggi. Apalagi jika sumber daya manusia (SDM) yang ada di organisasi itu pun terdiri dari kumpulan individu-individu yang juga memiliki integritas dan moralitas yang tinggi, maka sudah barang tentu akan tejalin hubungan dialektis organisatoris dengan lingkungan eksternal organisasi (masyarakat) yang dipenuhi nuansa etika dan rasa tanggung jawab sosial yang optimal.
- Kegigihan mengkristalisasikan nilai-nilai aktual seputar kehidupan keseharian yang berkenaan dengan aturan-aturan tradisi, persepsi kolektif masyarakat, dan kebiasaan-kebiasaan rutin praktik bisnis yang lazim berlaku, untuk ‘dibenturkan’ dengan kecenderungan iklim etika saat itu, lalu kemudian diadopsikan secara sistemik ke dalam perwujudan konsep-konsep stratejikal dan taktikal demi capaian membentuk budaya organisasi yang unggul. Budaya organisasi bisnis yang terbentuk tadi akan berfungsi sebagai pemandu langkah bersama – semacam superego kolektif dari keseluruhan aktivitas sumber daya manusia yang ada di lokasi kerja ke arah pencapaian tujuan yang diinginkan, atau ‘benteng moralitas’ untuk menghindari hal-hal yang ditabukan oleh organisasi.
Published at :